A. KEHIDUPAN EKONOMI
Tanah
di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan
hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada
abad XIV, kerajaan Ternate mulai maju karena berkembangnya perdagangan
rempah-rempah.1 Pesatnya
perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya
persekutuan.2
B. KEHIDUPAN SOSIAL
Kedatangan
bangsa Portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan
mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama
katholik. Sultan Sairun adalah tokoh yang paling keras melawan orang Portugis
dan usaha Kristenisasi di Maluku. Tokoh missi Katholik yang pertama di Maluku
ialah Fransiscus Zaverius tahun 1546 M, ia berhasil mengkhatolikkan sebagian
dari penduduk Maluku.3
Seperti
sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai
pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan
agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan
antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka
pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis
dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah
masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama
Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan
masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya
kehidupan rakyat. Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat
Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum
berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda.
Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan
sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.
1 Nur Huda, Islam
Nusantara Ar-ruzz, tahun 2007, halaman 73.
2 Menurut
Meilink-Roelofsz, 1962: 93-100, dalam kumpulan makah diskusi ternate sebagai
Bandar di jalur sutra, mengatakan bahwa Ternate dan wilayah Maluku pada umumnya
merupakan wilayah penghasil rempah-rempah paling utama yang antara lain
menyebabkan wilayah tersebut juga menjadi ajang potensial pertarungan
kepentingan hegemoni ekonomi, yang pada akhirnya bermuara pada pertarungan
politik/militer.
3
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam, tahun
2006, halaman 143.
C.
KEHIDUPAN POLITIK
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan
kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan
lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika
bangsa portugis masuk, portugis langsung memihak dan membantu ternate, hal ini
dikarenakan portugis mengira ternate lebih kuat. Bagaimanapun kehadiran para pedaganag
Portugis di Ternate dirasakan kerajaan Ternate merugikan karena monopoli
perdagangan sehingga kerap menimbulkan pemberontakan terhadap kedudukan Portugis
di Ternate, terlebbih pada masa Antonio Galvao menjadi Gubernur Portugis di
Maluku (1536-1540).
* Sultan Khairun
* Sultan Khairun
Untuk dapat memperkuat
kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri nama Benteng
Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin lama di benci oleh rakyat dan para
penjabat kerajaan ternate. Oleh karena itu Sultan Khairun secara
terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa portugis. Pada tahun
1565 Sultan Khairun dengan rakyatnya mengadakan penyerangan-penyerangan terhadap
Portugis karena hampir terdesak pihak Portugis melakukan penipuan dengan dalih
untuk mengadakan perundingan tetapi tternyata Sultan Khairun dibunuh tahun 1570
yang menebabkakn makin marahnya rakyat Ternate.4
* Sultan Baabullah
* Sultan Baabullah
Sultan
baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun 1577 M
Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng, menyingkir ke pulau dekat
Tahulu tidak jauh dari Tidore, tetapi tetap diganggu oleh Ternate agar
menyingkir dari tempat itu. Sultan Baabullah menyatakan dirinya sebagai
penguasa seluruh Maluku bahkan mendapat pengakuan kekuasaannya samapai ke
berbagai daerah Mindanao, Manado, Sangihe, dan daerah-daerah Nusa Tenggara.
Sultan Baabullah wafat pada tahun1583, orang-orang Spanyol menyerang Ternate dan
berhasil merebut benteng Gamulamu di Ternate tahun 1606.
*Sahid Barkat
Sultan
Ternate pada waktu itu Sahid Barkat ditangkap dan diminta agar menyerahkan
semua benteng-benteng yang ada kepada sekutu, agar tawanan orang-orang Kristen
dibebaskan, kemudian raja Ternate diasingkan dengan putra-putranya serta
kaicil-kaicil dibawah Manila. muncullah VOC Belanda.
4 Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho
Notosusanto (Peny). 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai
Pustaka. Hal 76.
D. KEHIDUPAN BUDAYA
Ternate
memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara bagian timur
khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku.5 Pengaruh
itu mencakup agama, adat istiadat dan bahasa.
Kedudukan
Ternate sebagai kerajaan yang berpengaruh turut pula mengangkat derajat Bahasa
Ternate sebagai bahasa pergaulan di berbagai wilayah yang berada dibawah
pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow
dalam tulisannya; “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia dan
Non Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate memiliki dampak terbesar
terhadap bahasa Melayu yang digunakan masyarakat timur Indonesia.6
Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari bahasa Ternate.
Bahasa Melayu – Ternate ini kini digunakan luas di Indonesia Timur terutama
Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papua
dengan dialek yang berbeda – beda. Dua naskah Melayu tertua di dunia adalah
naskah surat sultan Ternate Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April
dan 8 November 1521 yang saat ini masih tersimpan di museum Lisabon – Portugal.
E. PERLAWANAN RAKYAT MALUKU DAN
JATUHNYA TERNATE
Semakin lama cengkeraman dan pengaruh Belanda pada sultan-sultan
Ternate semakin kuat, Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang
merugikan rakyat lewat perintah sultan, sikap Belanda yang kurang ajar dan
sikap sultan yang cenderung manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang
abad ke-17, setidaknya ada 3 pemberontakan yang dikobarkan bangsawan Ternate
dan rakyat Maluku.7
· Tahun 1635, demi memudahkan
pengawasan dan mengatrol harga rempah yang merosot Belanda memutuskan melakukan
penebangan besar-besaran pohon cengkeh dan pala di seluruh Maluku atau yang
lebih dikenal sebagai Hongi Tochten, akibatnya rakyat mengobarkan perlawanan. Tahun 1641,
dipimpin oleh raja muda Ambon Salahakan Luhu,
5
Ternate merupakan lintasan strategis migrasi-migrasi manusia dan budaya
dari Asia Tenggara ke wilayah Melanesia dan Mikronesia, Oceania dan terus ke
arah timur (Shutler dan Shutler, 1975:8-10) dalam kumpulan makalah diskusi
Ternate sebagai Bandar di jalur Sutra, yang diikuti oleh perkembangan budaya
wilayah timur sejak ribuan tahun lalu.
6
Prof E.K.W Masinambow, “Bahasa Ternate dalam
konteks bahasa – bahasa Austronesia dan Non Austronesia”, dalam TERNATE
BANDAR JALUR SUTERA.
puluhan ribu pasukan gabungan Ternate-Hitu-Makassar
menggempur berbagai kedudukan Belanda di Maluku Tengah. Salahakan Luhu kemudian
berhasil ditangkap dan dieksekusi mati bersama seluruh keluarganya tanggal 16
Juni 1643. Perjuangan lalu dilanjutkan oleh saudara ipar Luhu, kapita Hitu
Kakiali dan Tolukabessi hingga 1646.
· Tahun 1650, para bangsawan Ternate
mengobarkan perlawanan di Ternate dan Ambon, pemberontakan ini dipicu sikap Sultan Mandarsyah (1648-1650, 1655-1675) yang terlampau akrab dan dianggap cenderung
menuruti kemauan Belanda. Para bangsawan berkomplot untuk menurunkan
Mandarsyah. Tiga di antara pemberontak yang utama adalah trio pangeran Saidi, Majira dan Kalumata. Pangeran Saidi adalah
seorang Kapita Laut atau panglima tertinggi pasukan Ternate, pangeran Majira
adalah raja muda Ambon sementara pangeran Kalumata adalah adik sultan
Mandarsyah. Saidi dan Majira memimpin pemberontakan di Maluku tengah sementara
pangeran Kalumata bergabung dengan raja Gowa sultan Hasanuddin di Makassar.
Mereka bahkan sempat berhasil menurunkan sultan Mandarsyah dari tahta dan
mengangkat Sultan Manilha (1650–1655) namun berkat bantuan Belanda kedudukan
Mandarsyah kembali dipulihkan. Setelah 5 tahun pemberontakan Saidi cs berhasil
dipadamkan. Pangeran Saidi disiksa secara kejam hingga mati sementara pangeran
Majira dan Kalumata menerima pengampunan Sultan dan hidup dalam pengasingan.
· Sultan Muhammad Nurul Islam atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Sibori (1675-1691) merasa gerah dengan
tindak-tanduk Belanda yang semena-mena. Ia kemudian menjalin persekutuan dengan
Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao, namun upayanya untuk menggalang kekuatan
kurang maksimal karena daerah – daerah strategis yang bisa diandalkan untuk
basis perlawanan terlanjur jatuh ke tangan Belanda oleh berbagai perjanjian
yang dibuat para pendahulunya. Ia kalah dan terpaksa menyingkir ke Jailolo.
Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang
intinya menjadikan Ternate sebagai kerajaan dependen Belanda. Perjanjian ini
mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.
Meski telah kehilangan kekuasaan mereka beberapa Sultan
Ternate berikutnya tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman
Belanda. Dengan kemampuan yang terbatas karena selalu diawasi mereka hanya
mampu menyokong perjuangan rakyatnya secara diam-diam. Yang terakhir tahun 1914
Sultan Haji Muhammad Usman Syah
(1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah-wilayah kekuasaannya,
bermula di wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal. Di
Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil
menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas
termasuk Coentroleur Belanda Agerbeek, markas mereka diobrak-abrik. Akan tetapi
karena keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki
Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan
dijatuhi hukuman gantung. Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat
dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia
Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, sultan Haji Muhammad Usman Syah
dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, beliau dibuang ke
Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927. Pasca penurunan sultan Haji
Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan
pemerintahan adat dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan. Sempat muncul
keinginan pemerintah Hindia Belanda untuk menghapus kesultanan Ternate namun
niat itu urung dilaksanakan karena khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu
pemberontakan baru sementara Ternate berada jauh dari pusat pemerintahan
Belanda di Batavia. Dalam usianya yang kini memasuki usia ke-750 tahun,
Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya tinggal simbol belaka.
Jabatan sultan sebagai pemimpin Ternate ke-49 kini dipegang oleh sultan Drs. H. Mudaffar Sjah, BcHk. (Mudaffar II) yang dinobatkan tahun
1986.
F. TINGGALAN ARKEOLOGI
Peninggalan
arkeologi yang kerajaan Islam Ternate pada dasarnya ada 3 kelompok, yaitu:8
1). Kompleks Istana, Masjid dan Makam Kesultanan
Ternate
Istana
Kesultanan Ternate bergaya bangunan abad XIX, berlantai dua, menghadap ke arah
laut, dikelilingi perbentengan terletak satu kompleks dengan masjid Jami’
Ternate, secara administratif terletak di Soa-Siu, Kelurahan Letter C, Kodya
Ternate, Kabupaten Maluku Utara. Istana ini telah dipugar pada tahun anggaran
1978/1979-1981/1982 oleh Mendikbud Dr. Daoed Joesoef. Istana tersebut kini
dialih fungsikan sebagai museum Kesultanan Ternate.9 Istana ini
dikelilingi oleh perbentengan yang kini masih nampak sisa-sisa pondasinya. (Lihat
Gambar I).
Masjid
jami’ Kesultanan Ternate juga terletak di kompleks istana, berdenah persegi,
mengahadap ke timur, memiliki satu ruang utama beratap susun 7 tingkat. Masjid
yang didirikan Sultan Hamzah ini berukuran 22.40 x 39.30 m dengan tinggi keseluruhan
21.74 m;
8 Dalam Kumpulan Makalah
Diskusi oleh Hasan Muarif Ambary yang berjudul Persebaran dan Signifikasi
Tinggalan Arkeologi di Ternate, Maluku Utara. Halaman 8, tahun 1997, yang
dibukukan dengan judul Ternate sebagai Bandar di Jalur Sutra: Kumpulan MMakalah
Diskusi.
9
TKS-Ditjenbud, 1995, halaman 29-33.
sedangkan menara berukuran 3 x 4.2 m dengan tinggi
21.74 m.10 atap masjid di topang 4 tiang dan 12 tiang pembantu.
Masjid dikelilingi pagar tembok, dengan pintu gapura beratap gua susun. Gapura
ini sekaligus berfungsi sebagai menara adzan.11 (Lihat Gambar II).
Kompleks
makam kesultanan ini terletak di belakang masjid Jami’ Ternate yang juga
dikelilingi tembok yang ditiap sisi ukurannya tidak sama (utara, timur,
selatan, dan barat masing-masing 65, 30, 655, dan 21 m). pada kompleks makam
ini antara lain dimakamkan para raja Ternate yang memerintah antara abad
XVIII-XX M, 1798-1943 M).
Secara
umum makam di kompleks ini dibedakan dalam makam tak berhias dan makam
Gambar
I: Majid Sultan Ternate
Sumber:
Wikipedia, 2009
Gambar
II: Istana Sultan Ternate
Sumber:
Haluchard Vie, 2012
berhias. Ragam hias umumnya floralistik berciri
susunan atau jalinan motif daun-daunan dari pohon dan cabang-cabangnya yang
khas Ternate, yang sering dianggap berpola hias Polinesia.
Sultan Ternate yang dimakamkan disekitar masjid
agung (Jami’) Ternate antara lain Sultan Muhammad Uthman wafat 1212 Hijriah
(1728 M), Sultan Amiruddin Iskandar (wafat
10 Menurut Direktori
masjid Bersejarah, Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan pembiaan Syari’ah, Jakarta tahun 2008.
Masjid ini dibangun pada tahun 1606 Masehi pada masa pemerintahan Sultan Saidi
Barakati, diatas lahan berukuran 76,70 x 62,45 Meter dan bangunan berukuran 22
x 22,5 meter. Pembangunan masjid dilanjutkan oleh sultan Mudafar dan
diselesaikan oleh Sultan Hamzah pada tahu 1648 Masehi
11
IGN
Anom dkk, 1991: 134.
1276 Hijriah/1850 M), Sultan Muhammad Ali (wafat
1226H/1881 M) dan beberapa makam sultan lainnya dari periode yang lebih muda.
2). Kompleks Makam di Bukit Foramadyahe
Tokoh
penting yang dimakamkan di kompleks ini, adalah Sultan Khairun dan Sultan
Baabullah, yang baik jirat dan nisannya tidak berhias.
3). Koleksi museum Kesultanan Ternate
Museum
kesultanan merupakan bekas dari istana yang dialih fungsikan, di dalam museum
ini menyimpan koleksi artefak atau relief yang berkaitan dengan eksistensi
Kesultanan Ternate. Hasil penelitian tahun 1995, mengidentifikasi koleksi
museum sebagai berikut:
Klasifikasi
Koleksi Museum Kesultanan Ternate12
Kelompok
Artefak
|
Nomor
|
Jenis
Artefak
|
Ideofak
|
1
|
Al Quran
|
2
|
Tempat berdoa
|
|
1
|
Bendera atau
panji-panji
|
|
2
|
Singgasana/mahkota
dll.
|
|
3
|
Tongkat kebesaran
|
|
1
|
Pedang/tombak/senapan
|
|
2
|
Topi militer
|
|
3
|
Baju besi
|
|
4
|
Tameng/perisai
|
Ciri pokok yang menandai kerajaan dan elite Ternate
adalah Emas. Koleksi Ternate baik yang di museum atau di simpan keluarga,
berupa mahkota, giwang, anting-anting, baju, gelang dan masih banyak lagi.
Selain itu juga dipamerkan koleksi yang berkaitan dengan administrasi kerajaan,
seperti stempel kesultanan, alat tulis kuna, maklumat, surat-surat perjanjian
dan sejumlah naskah, termasuk sebuah plakat yang ditempelkan pada pintu masuk
12
Dalam
Kumpulan Makalah Diskusi Ternate sebagai Bandar di Jalur Sutera, oleh Ambary dkk yang berjudul Persebaran dan
Signifikasi Tinggalan Arkeologi di Ternate, Maluku Utara. Halaman 8, tahun
1997. Dikutip dari buku Ambary, Hasan Muarif, Sugeng Riyanto & Max. A.
Manuputy. 1996. “Survei Arkeologi Islam di Ternate dan Tidore Provinsi,” MS,
Ambon: Proyek Penelitian Purbakala Maluku.
istana.13
Setidaknya terdapat 11
maklumat yang dibuat oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dikirim kepada
Sultan Ternate, antara lain pemberitahuan mengenai pergantian Gubernur
Jenderal, meninggalnya raja Willem III dan dilantiknya Ratu Wihelmina dan
sebagainya. Yang penting dari maklumat itu adalah penyebutan secara lengkap
nama dan gelar sultan Ternate yang dikirimi maklumat dimana nama dan gelar itu
sering ditemukan pula terpahat pada nisan-nisan. Dari visi politik, penyebutan
nama dan gelar dapat berkonotasi pengakuan otoritas.
Di museum ini juga
menyimpan sejumlah naskah perjanjian atau kontrak-kotrak yang ditandatangani
oleh Sultan Ternate dengan kongsi-kongsi dagang maupun perorangan. Dari
kontrak-kontrak tersebut sultan menerima sejumlah kongsi atau uang sebagai
salah satu sumber pemasukan Kesultanan. Salah satu perjanjian itu adalah
kontrak yang ditandatangani Sultan Muhammad Uthman 27 Septembar 1902, yang
mengijinkan sebuah maskapai dagang di Amsterdam untuk Maluku, dalam rangka
eksplorasi mutiara dan perikanan di Teluk Banggai. Dokumentasi tersebut
sekaligus membuktikan tentang otoritas Kesultanan Ternate dalam mengendalikan
laut atau perairan Sulawesi.
Pada pintu depan
istana, terdapat plakat beraksara Arab dan terjemahan dalam Bahasa Melayu, yang
intinya mengenai pembangunan kompleks istana pada tanggal 30 1228 Hijriah atau
sekitar 1871 M. Enam jilid Al Quran yang ditulis setempat, telah dihimpun oleh
Tim Puslit Arkenas (Februari 1979) di Ternate, 2 diantaranya mencantumkan nama
penyusunnya, salah satunya disusun oleh Fakih Shaleh Affirudin Abdulbaqi bin
Abdullah al Adenani yang diselesaikan penyusunannya 7 Dzulkhaidah 1050 H/1640
M. sedangkan lainnya disusun oleh ulama setempat.14
Dari naskah pertama
yang disebutkan itu, A. Cholid Sodrie memperoleh data:
a. Selesai
disusun 1050 H/1640 M.
b. Penyusun
diduga berasal/orang Aden.
c. Diwakafkan
pada Imam Bagot Ternate pada 1185 H/1772 M
13 Dalam buku Reid tahun
1992: 97, dilaporkan oleh Francis Drakke (1580): “Pakaian benang emas yang
mewah, perhiasan-perhiasan dari emas dan kalung raksasa dari emas murni ….”
Demikian kesan Drakke untuk menggambarkan kemewahan sosok penampilan elite
kerajaan.
14 Dalam Kumpulan Makalah Diskusi Ternate
sebagai Bandar di Jalur Sutera, oleh
Ambary yang berjudul Persebaran dan Signifikasi Tinggalan Arkeologi di Ternate,
Maluku Utara. Halaman 12, tahun 1997. Dikutip dari buku Ambary, Hasan Muarif.
1980. Some Notes on the Discovery of the Archaeological Evidence at Ternate,
“Aspect of Indonesian Archaeology, vol. 10. Jakarta: Puslit Arkenas.
Dan lain-lain15
Koleksi senjata ada
yang buatan lokal dan asing (Portugis, Belanda, Inggris), termasuk
meriam-meriam berukuran kecil dan sedang berikut peluru bulatnya. Yang buatan
lokal umumnya pedang, golok, dan tombak, tetapi ada pula jenis yang sama yang
non lokal.
15 Dalam Kumpulan Makalah Diskusi Ternate
sebagai Bandar di Jalur Sutera, oleh
Ambary yang berjudul Persebaran dan Signifikasi Tinggalan Arkeologi di Ternate,
Maluku Utara. Halaman 12, tahun 1997. Dikutip dari buku Sodrie, A.Cholid .
1983. Naskah Penyerta dalam Al Quran Kuna di Ternate, Rapat Evaluasi Hasil
Penelitian Arkeologi I-1982. Jakarta: Puslit Arkenas, 417-442.
DAFTAR
RUJUKAN
Andi
Atjo, Rulis. 1989. Peninggalan Sejarah
Masa Lampau di Pulau Ternate. Makalah: Ambon.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. TERNATE
SEBAGAI BANDAR DI JALUR SUTRA: Kumpulan Makalah Diskusi. Jakarta: Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktori masjid Bersejarah.
2008. Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,
Direktorat Urusan Agama Islam dan pembiaan Syari’ah: Jakarta.
Huda
Nur. 2007. Islam Nusantara Ar-ruzz.
Yogyakarta: Media.
Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho
Notosusanto (Peny). 1984. Sejarah Nasional
Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Reid Anthony. 1992. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, Jilid I. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
TKS-DITJENBUD.
1995. “Istana Kesultanan Ternate,” Aneka
Ragam Khasanah Budaya Nusantara VI. Jakarta: Depdikbud.
Vie
Haluchard. 2012. Ternat Island,
(online), (file:///D:/fd%20new/SIMI%20GAMBAR/ternate-tourisem-obyek.html),
diakses 16 Desember 2012.
Wikipedia.
2009. Masjid Sultan Ternate,
(online), (file:///D:/fd%20new/SIMI%20GAMBAR/Masjid_Sultan_Ternate.htm),
diakses 10 Februari 2009.
Zuhairini
dkk. 2006. Sejarah Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.